Rabu, 29 Maret 2017

MUDA FOYA-FOYA, TUA KAYA RAYA, MATI MASUK SURGA


Menurut David Bach, keunggulan hanya dapat diraih jika kita:
1. Memberi perhatian lebih dibanding yang lain.
2. Mengambil risiko lebih dari yang lain.
3. Bermimpi lebih dari yang lain.
4. Mengharap lebih dari yang lain


Definisi Kaya
Usia muda kini bukan lagi penghalang untuk memiliki kesuksesan. Tidak sedikit CEO muda dengan kantong yang lebih tebal daripada CEO pendahulunya. Bila dipikir-pikir, bagaimana mungkin Donald Trump yang sudah lama merajai bisnis properti bisa kalah dengan seorang pemula seperti Bill Gates. Ciputra sang begawan properti bisa kalah dengan anak singkong seperti Chairul Tanjung. Sekarang bukan zamannya lagi senioritas yang menjadi penguasa, namun kegigihan dan semangatlah yang menjadi penentu sukses dan tidaknya seseorang.

Hingga saat ini, tidak ada satu pun definisi yang tepat mengenai arti kaya yang sesungguhnya. Misalnya, seseorang sudah merasa kaya ketika ia memiliki uang Rp 10 juta, namun di satu pihak ada orang yang baru mau dibilang kaya ketika ia memiliki uang sebesar Rp 1 miliar. Definisi kaya yang belum jelas itulah yang membuat orang tidak pernah lelah untuk menempatkan dirinya untuk bisa berada di level yang sama dengan orang-orang kaya, atau ekstremnya lagi berada di tempat yang lebih tinggi dari orang orang kaya.

Menurut Robert Toru Kiyosaki, ada satu metode ukur kekayaan seseorang. Metode tersebut bisa dilihat dengan membandingkan dua faktor, yaitu active income (penghasilan yang diperoleh karena bekerja) dan juga passive income (penghasilan yang diperoleh tanpa harus bekerja). Menurut Robert, seseorang baru bisa dibilang kaya bila ia memiliki passive income yang lebih besar daripada biaya hidupnya. la juga mempertegas bahwa untuk menjadi kaya, seseorang harus menekan gaya hidupnya. Bagaimana mungkin bisa kaya bila tidak bisa mengontrol keinginan untuk membeli barang-barang mewah.

Memang sangat dilematis, di saat keinginan menjadi orang kaya sedang menggebu-gebu di dada, anak muda kini dije jali dengan barang-barang mewah yang harganya selangit. Parahnya lagi, promosi terhadap barang-barang mewah dilakukan dengan cara yang gila-gilaan, seperti menjadikan barang mewah tersebut menjadi semacam trending topic yang diangkat ke dalam beberapa media seperti jejaring sosial, website, blog, komik, novel, drama korea, sinetron, dan masih banyak lagi.


Berkat promosi semacam itu, sekarang banyak sekali anak muda yang suka berfoya-foya dan menghamburkan uang orangtua mereka. Gaya hidup mewah telah membutakan mata dan pikiran mereka. Mereka tidak pernah memikirkan bagaimana beratnya pengorbanan orangtua untuk mencari uang. Gaya hidup mewah yang semacam itulah yang seharusnya diubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar